I wasn't happy on my 21st birthday
Umur 21 kayaknya sesuatu yang baru, ya. Berpindah dari anak yang umurnya belasan komplet jadi orang dewasa umur dua puluhan.
Aku memulai diri menjadi bagian dari orang umur dua puluhan, atau yang biasa disebut early twenties. Ngerayain ulang tahun kayaknya bukan masanya lagi di umur segini.
Ya, cuma ganti tahun di tanggal yang sama, nambah umur. So, just flat.
Beberapa hari sebelum ulang tahunku tiba, aku sempat hangout sama temanku. Dia bilang,
"Eh, birthday kamu kali ini kita harus main, ya. Soalnya aku mau ganti rasa bersalah aku. Tahun kemarin kan waktu kamu ngajak aku main, aku nggak bisa. Jadi kali ini harus bisa. Aku juga udah siapin kado buat kamu."
Akunya bingung, karena benar-benar nggak inget juga soal itu. Aku jawab,
"Ha? Memang iya? Tahun lalu kan aku di rumah aja karena teman-teman aku (yang lain) pada datang ke rumah."
Dia jawab lagi,
"Iya, Fens. Tahun lalu kamu ngajak aku keluar, tapi aku nggak bisa."
"Oh, mungkin, ya. Aku sama sekali nggak inget, soalnya yang aku inget cuma teman-teman aku pada ke rumah waktu aku habis mandi. Ya udah, ayok aja kalau mau keluar besok. Biar aku punya memories yang bagus di hari ulang tahun."
Eh, H-1 dia ngabarin kalau dia nggak bisa karena ada acara keluarga yang dia baru inget.
Ya sudah, mau gimana lagi, kan?.
Aku sempat mikir, mau ngapain, ya? Beneran mau di rumah aja nih seharian?.
Soalnya setiap tahun aku pasti ngelakuin sesuatu di hari ulang tahunku.
Setelah mikir-mikir, akhirnya aku mutusin buat pergi yoga aja.
Sebenarnya, hari itu bukan jadwal aku yoga, tapi aku putuskan untuk ambil kelas yoga di pagi hari, di tempat yang baru juga.
Kenapa? Ya, buat membangun dan menjaga mood aku di hari itu.
On my special day, aku nggak mau punya perasaan buruk—kayak kesel karena batal main, bad mood kalau nantinya nggak ada yang ngucapin, atau sedih karena nggak ada yang nganterin kue, bunga, atau kado ke rumah.
Aku tahu kok, teman-teman aku pasti bakal kasih sesuatu, bukan karena aku berharap, tapi memang setiap tahun biasanya begitu.
Cuma soal waktunya aja yang aku nggak bisa pastikan, tergantung kapan mereka ada waktu kosongnya.
Sepulang yoga, aku mampir ke toko bunga, beli bunga untuk diri sendiri.
Aku selalu berusaha kasih apa pun yang aku mau untuk diri aku sendiri dulu, sebelum berharap mendapatkannya dari orang lain.
Hari itu cuma pergi yoga, beli bunga, lalu pulang. Menghabiskan sisa waktu di rumah. Tapi, dengan mood yang baik, tanpa mengharapkan apa pun dari siapa pun.
Kado-kado baru aku dapatkan di hari berikutnya.
Oh iya, selain beli bunga, sehari sebelumnya aku juga beli raket tenis—kado buat diri sendiri. Tapi uangnya dari Ibu. Hahaha. Kado dari ibu lah ya namanya. Jadi, kalau aku bilang, "Masa aku nggak dapet bunga di hari ulang tahun aku?."
Aku bisa jawab, "Ini loh bunga kamu kan kita udah beli sendiri sesuai lagi, bunga Carnation yang melambangkan bulan kelahiran kamu. Kado juga kita punya dari ibu."
Dari semua itu, aku jadi sadar:
"Kamu tidak bisa bahagia kalau kamu tidak menciptakan kebahagiaanmu sendiri."
Create your own best life. Kita bisa pilih dan tentuin bahagia kita dengan cara sesederhana mungkin.
Aku pikir, kalau aku kesal sama temanku di hari itu, wajar banget.
Tapi dibandingin hari spesial yang aku punya, aku pakai untuk nyimpan perasaan buruk, mending aku ngelakuin hal lain yang lebih baik, yang bisa kasih kenangan bagus buat diri aku sendiri.
Kalau kamu suka sama cerita ini dan mau mendukung karyaku. Kamu bisa traktir aku Es Krim 🍦↴